SUMENEP, FaktualNews.co-Pagelaran kesenian ‘Macapat’ yang diselenggarakan Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, untuk menyambut peringatan Hari Guru Nasional (HGN) 2020, menjadi angin segar terawatnya kesenian tradisional yang mulai ditinggalkan.
Ketua Panitia Pelaksana Macapat Disdik Sumenep, Mohammad Saidi menjelaskan, kesenian macapat mempunyai keunikan tersendiri mulai dari cara membaca hingga cara menulisnya.
Sehingga, apabila tidak dikenalkan kepada generasi bangsa maka dikhawatirkan akan punah. “Makanya kami khawatir jika ini tidak segera diajarkan kepada generasi bangsa,” sebutnya. Selasa (24/11/2020).
Dikatakan Saidi, tujuan mengundang sekolah dalam pagelaran tahun ini, diharapkan nanti bisa muncul kegiatan ekstrakurikuler untuk melestarikan macapat di Sumenep sehingga bisa mengetuk minat peserta didik pada kesenian macapat.
“Kalau tidak dikenalkan kepada anak didik, saya khawatir kesenian warisan leluhur ini akan punah dengan sendirinya,” sebutnya.
Sementara itu, langkah Disdik Sumenep, menggelar acara Macapat diapresiasi oleh para pegiat tradisi leluhur.
Seperti yang disampaikan oleh pegiat Macapat Sinar Nyomo, Abdur Rahman. Menurutnya, kesenian Macapat pada jamannya sangat dikagumi oleh kalangan anak muda. Selain itu, Macapat adalah kesenian pertama yang dikenal kalangan masyarakat Sumenep kala itu.
“Jadi kesenian ini harus dilestarikan mulai dari SD, SMP dan SMA, agar Macapat sebagai warisan leluhur tidak punah,” ujarnya saat ditemui di Gedung Ki Hajar Dewantara, Kolor Sumenep.
Pegiat Macapat yang beralamat di Desa Kalianget Timur ini mengaku, sudah 60 tahun melintang di kesenian tersebut. “Untuk bisa fasih membaca saja butuh waktu berbulan-bulan. Saya dulu sejak SD kelas IV sudah belajar,” ungkapnya.
Untuk itu, kata dia, langkah Disdik dinilai sangat tempat mengadakan acara yang dinilai hampir tak diminati sama sekali oleh kawula muda ini. “Dengan diadakan ekstra di sekolah maka akan bisa lestari lagi ini ke depan,” tegasnya.
Sekadar informasi, dalam Macapat terdapat sekitar sebelas tembang yang biasa dibacakan setiap ada pagelaran, yakni tembang Nur Buat, Kasmaran, Artake, Senom, Durma, Salanget, Pangkor, Mejhil, Pucung, Kumambang dan Lambang Sari.