BLITAR, FaktualNews.co – Mi ayam atau mi bakso mungkin sudah femiliar, tak asing bagi banyak orang. Tapi bagaimana dengan mi sapi?
Barangkali masih banyak yang belum mendengar mi sapi, masakan khas Shanghai, Cina itu. Tapi wajar, karena bahkan sampai sekarang, hanya kedai di Jalan Kusuma Bangsa, Kecamatan Kanigoro, Kabupaten Blitar yang menyediakan mi sapi.
Meskipun berbahan daging sapi, jangan membayangkan sajian mengenyangkan pengganti nasi itu alot atau keras saat dikunyah. Pemilik kedai, Mia, memiliki resep tersendiri yang dia pelajari saat dulu bekerja di Shanghai.
Sementara bumbunya, kata Mia, dia cukup mengandalkan rempah-rempah yang biasa dan mudah didapat di Indonesia. Semua bahan resep mi sapi yang dia pelajari dari Shanghai tersedia di pasar.
“Jadi daging sapi ini pilihan. Salah satunya daging paha sapi. Lalu kita masak dengan cara dan bumbu tertentu sampai daging benar-benar empuk dan lezat,” kata Mia, yang mengaku sebelumnya pernah lama menjadi tenaga migran di Cina.
Artikel menarik lainnya:
Kepada media ini Mia mengaku, dia berinisiatif membuka kedai mi sapi sejak kepulangannya dari merantau ke Cina. Dia mengaku lama tinggal di sana, sempat main ke Kota Shanghai dan belajar memasak mi sapi.
“Jadi awalnya waktu di Cina itu saya jalan-jalan di Shanghai. Sempat belajar resep mi sapi, lalu waktu pulang kampung saya tertarik buka di Blitar ini,” ungkap Mia.
Seorang penggemar mi, Dedy Arie, warga Blitar mengaku sebelumnya penasaran dengan kedai mi sapi milik Mia tersebut. Saat berkunjung dan mencicipi mi sapi kuah yang dia pesan, dia mengaku terkesan dengan rasa baru yang lezat dan sama sekali berbeda dibanding mi ayam atau mi pangsit.
“Sedap dan rasanya lezat. Sama sekali berbeda dengan mi ayam atau mi lainnya,” kata Dedy Arie sembari tersenyum.
Mia menuturkan, untuk lebih memanjakan pelanggan dia menyediakan dua varian yang bisa dipilih, yakni mi sapi kuah dan mi sapi goreng.
Untuk menjaga kualitas mi yang disajikan, menurut Mia, dia tak berani mematok harga terlalu murah. Tapi, dia juga tidak menarifkan terlalu mahal, agar pelanggan tetap setia. “Jadi prinsipnya tetap ramah di kantong. Cuma 15 ribu rupiah setiap porsi,” kata Mia.