Hobi Membawa Rezeki: Cerita Sukses Guru di Tulungagung Menekuni Bonsai
TULUNGAGUNG, FaktualNews.co – Profesi tertentu tidak harus menghalangi seseorang untuk berkreasi. Kreatifitas di luar kegiatan utama bahkan terkadang menjadi nilai tambah dalam banyak hal, baik secara sosial maupun finansial.
Sugeng Subandi (46) benar-benar telah mempraktikkan perihal berkreasi sambil tetap menekuni profesi. Warga Desa Salakkembang, Kecamatan Kalidawir, Kabupaten Tulungagung yang berprofesi sebagai guru itu bahkan sudah menghasilkan uang jutaan rupiah dari kreatifitasnya menanam bonsai.
Ditemui di rumahnya, Sugeng Subandi, mengatakan bahwa keberhasilannya menekuni seni bertanam bonsai dimulai sejak tahun 2016. Dia belajar melalui internet dan praktik secara otodidak.
“Awalnya saya merawat bunga kamboja, kemudian tertarik kepada bonsai. Saya beralih ke bonsai karena ada sesuatu yang sangat unik dan ada filsafatnya,” jelasnya, Minggu (5/9/2021).
Dua tahun setelah belajar, Sugeng Subandi mengerti seluk beluk bertanam dan merawat bonsai. Saat itu di bonsai masih belum viral di pasar tanaman hias. Keadaan berubah ketika pada tahun 2018 bonsai mulai booming.
Karena saat itu dia sudah mempelajari dan mempraktikkan maka kemudian satu demi satu bonsai yang dimiliknya mulai dilirik orang dan banyak peminatnya.
“Memang tidak bisa instan dalam menggeluti bonsai. Bahkan ada yang sampai puluhan tahun untuk mempelajarinya,” katanya.
Menurut Sugeng Subandi, setiap tanaman bonsai itu memiliki karakter tersendiri sesuai dengan jenis pohonnya. Karakter yang harus dipelajari dari beragam pohon itu di antaranya adalah kekuatan akar, liuk ranting dan keindahannya dari berbegai sisi.
“Bagi pemula, ada banyak jenis pohon yang bisa dibuat belajar untuk membuat bonsai. Di antaranya pohon serut, asem, jeruk kingkit, dan pohon beringin. Di Indonesia sendiri ada jenis bonsai yang menjadi ciri khas yaitu pohon beringin apak, untuk yang dari luar ada dolar korea, dolar filiphine dan lain-lain,” beber Sugeng Subandi .
Soal harga pasaran, lanjut Sugeng Subandi, untuk jenis Santigi dan Bugenvil yang sudah bagus, dari segi umur, akarnya, ranting dan bentuk yang profesional, bisa mencapai harga di atas Rp. 100 juta.
Bagaimana cara Sugeng Subandi mendapat bahan-bahan untuk membuat bonsai? Dia mengaku mendapatkan bahan pohon bakalan bonsai dari banyak tempat. Dia bisa dapat dari pinggir jalan, hutan, pegunungan dan daerah pinggir pantai.
Soal pembuatan bonsai, Sugeng Subandi menerapkan motode baru yaitu pakai kawat khusus bonsai. Dibanding dengan metode lama yakni model cutting, metode pakai kawan lebih memudahkan dan mempercepat pembentukan bonsai.
“Terkait pengawatan kita ada tiga tahap, tahap pertama cabang diarahkan, kedua ranting diarahkan, ketiga anak ranting diarahkan. Apabila sudah sampai ketiga tahap ini, bonsai sudah lumayan kelihatan bagus, meskipun belum sepenuhnya jadi,” jelasnya.
Untuk media tanam Sugeng Subandi menggunakan bahan campuran sekam, tanah dan kotoran kambing.
Lebih jauh Sugeng Subandi menuturkan, sejauh ini dia tidak mengalami kendala soal pemasarannya. Penggemar bonsai memiliki kecenderungan untuk berburu bonsai-bonsai sesuai dengan seleranya.
“Selama ini saya sudah menjual ke berbagai kalangan termasuk tentara, pegawai bank, dokter dan polisi. Untuk harga varitif, tergantung jenis dan keindahannya,” katanya.
Untuk bonsai setengah jadi, Sugeng Subandi mematok harga mulai Rp.100 ribu hingga Rp.150 ribu. Bahkan untuk jenis-jenis tertentu harganya bisa sampai jutaan rupiah.
Untuk menentukan harga, kata Sugeng Subandi, tidak ada patokan pasti meskipun dengan harga yang tetap terukur.
“Kalau orang itu tahu bonsai dan suka walaupun harganya mahal pasti dibeli, meskipun kelihatannya barang kecil dengan harga yang seperti itu tidak masuk akal,” katanya.
Dia enggan membeber berapa keuntungan dari berkreasi di dunia bonsai. Yang jelas, kata dia, selama pendemi ini bonsai bisa menambah penghasilannya sekitar Rp 50 juta.
Menurut Subandi, sejauh ini aktivitasnya di dunia bonsai dia anggap sebagai penyaluran hobi dan kreatifitas. Selebihnya, soal kepuasan dan keuntungan finansial baginya adalah bonus atau nilai tambah.
Karena itu, dia tidak meninggalkan profesinya sebagai guru. Keduanya dia lakoni secara proporsional dan profesional.
Sejak menekuni dunia bonsai, Sugeng Subandi mengaku selama itu dia aktif berkomunikasi dengan para pencinta bonsai di Indonesia yang secara nasional dinaungi oleh Perhimpungan Penggemar Bonsai Indonesia (PBBI).
Dalam proses komunikasi dengan sesama penggemar bonsai tersebut, ujar Sugeng Subandi, dia banyak mendapat bertemu dengan mentor dan bisa berbagi informasi terkait bonsai.