SURABAYA, FaktualNews.co – Selama ini produk serbuk berkelip dikenal tidak ramah lingkungan. Serbuk berkilau yang merupakan pigmen glitter dan shimmery sering dibuat dengan menggunakan senyawa beracun atau mikroplastik yang mencemari.
Produk semacam itu membuat barang-barang berkilau dan diketahui sulit dibersihkan serta menjadi momok bagi lingkungan.
Glitter merupakan bubuk kerlip adalah partikel kecil yang bermacam-macam dan tampak memantulkan cahaya dalam berbagai bentuk dan warna. Partikel bubuk kerlip memantulkan cahaya pada sudut yang berbeda, menyebabkan permukaannya berkilau atau berkelip.
Serbuk yang mengkilap itu biasa menjadi pemanis beragam pernak-pernik aksesoris. Tidak jarang, glitter juga digunakan dalam riasan wajah untuk menunjang kecantikan dan daya tarik.
Saat ini, sebuah terobosan baru memungkinkan untuk menjadi alternatif pembuatan glitter yang tidak polutif. Alternatif itu tentu saja tidak beracun dan dapat terurai secara hayati.
Dikutip dari Science News, glitter alternatif tersebut bahannya adalah selulosa — blok bangunan utama dinding sel tumbuhan — yang bisa menciptakan pola skala nano yang memunculkan warna struktural yang hidup.
Bahan tersebut dapat digunakan untuk membuat kilau ramah lingkungan dan pigmen mengkilap untuk cat, kosmetik atau kemasan, sebagaimana dilaporkan para peneliti di Nature Materials, pada 11 November 2021 lalu.
Inspirasi untuk memanfaatkan selulosa berasal dari tanaman Afrika Pollia condensata, yang menghasilkan buah berwarna biru cerah yang disebut buah marmer.
Pola kecil serat selulosa di dinding sel buah beri memantulkan panjang gelombang cahaya tertentu untuk menciptakan warna khas.
“Saya pikir, jika tanaman bisa membuatnya, kita harus bisa membuatnya,” kata ahli kimia Silvia Vignolini dari University of Cambridge, dilansir Science News, Kamis (18/11/2021).
Vignolini dan rekannya membuat campuran berair yang mengandung serat selulosa dan menuangkannya ke plastik. Saat cairan mengering menjadi film, serat seperti batang mengendap menjadi struktur heliks yang menyerupai tangga spiral.
Faktor penyesuaian seperti kecuraman tangga tersebut mengubah panjang gelombang cahaya yang dipantulkan oleh susunan selulosa.
Kondisi tersebut memungkinkan para peneliti untuk mengubah bubur nabati yang jernih menjadi pita berkilauan sepanjang satu meter dalam pelangi warna. Petak-petak ini kemudian bisa dikupas dari platform plastiknya dan digiling untuk membuat kilau.
“Anda dapat menggunakan semua jenis selulosa,” kata Vignolini.
Dalam eksperimen tersebut timnya menggunakan selulosa dari pulp kayu, tetapi bisa menggunakan kulit buah atau serat kapas yang tersisa dari produksi tekstil.
Para peneliti perlu menguji dampak lingkungan dari glitter bermodel baru mereka. Namun Vignolini optimis bahan-bahan yang menggunakan bahan-bahan alami tersebut memiliki masa depan yang cerah.