FaktualNews.co

Warga Mojokerto Bikin Gua Usai Mendapat Wangsit, di Dalamya Ada Makam 

Peristiwa     Dibaca : 901 kali Penulis:
Warga Mojokerto Bikin Gua Usai Mendapat Wangsit, di Dalamya Ada Makam 
FaktualNews.co/Lutfi.
Gua buatan Mustain warga Mojokerto, usai mendapatkan wangsit dari kakek buyutnya. 

MOJOKERTO, FaktualNews.co – Di perkampungan Dusun Tumpangsari, Desa Jiyu, Kecamatan Kutorejo, Kabupaten Mojokerto terdapat gua buatan.

Sekilas tidak ada yang membedakan perkampungan itu dengan perkampungan masyarakat pada umumnya. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, sejumlah orang datang melihat beberapa gua yang dikerjakan lebih dalam waktu tiga tahun.

Sekilas jika orang melihat gua-gua tersebut, mereka tidak akan percaya bahwa itu adalah buatan tangan.

Pasalnya, gua tersebut tidak memiliki penyangga kerangka baja. Gua tersebut murni menggunakan konstruksi tanah gunung berbahan liat. Gua tersebut bukanlah karya arsitektur ternama, melainkan hasil kerja tangan seorang lelaki bernama Mustain yang saat ini berusia 54 tahun.

Ayah dari satu anak itu mengaku, membuat lubang dan mengukir di lahan pekaranganya tersebut setelah mendapat wangsit atau pesan ghoib yang datang dalam mimpi.

Wangsit tersebut dia terima pada tahun 1989. Kala itu, dia sedang menjalani lelaku melek-an (terjaga semalam suntuk) dan melakukan puasa putih (poso mutih) selama 40 hari.

Pada satu malam, ketika dirinya melek-an bersama sejumlah temannya di bawah pohon jati area pekarangan rumahnya tiba-tiba saja tertidur. Dalam mimpinya dirinya didatangi seseorang berpakaian jubah dan memakai surban putih serta berwajah ke Arab-araban.

Menurut dia, sosok yang dia lihat dalam mimpi merupakan kakek buyutnya yang merupakan seorang syekh dari kesultanan Demak. Ia mengaku masih meliki keturanan dari kesultanan Demak. Namun, ia belum bisa memastikan sosok tersebut adalah kakek buyutnya, karena belum pernah sekali berkunjung dan beriziarah ke Demak.

“Perintahnya disuruh gali, saat itu masih rungsep. Bertepatan saat itu sedang sumpek dan ingin membuat gua untuk menangkan hati, kok kebetulan cocok,” tuturnya, Selasa (23/8/2022).

Disisi lain, sebelum mendapat wangsit tersebut, pada suatu kesempatan Mustain pernah diberitahu tetangganya yang sama-sama menjalani lelaku kalau di pekerangannya kelak ada terowongan. Kala itu, Mustain tidak mengerti maksudnya dan menghiraukan begitu saja.

“Orang sini tapi bukan seorang kiai, hanya saja suka melekan atau lelaku tidak tidur malam. Setelah melek-an itu dibilangi di tempat sampean itu nanti kayak ada terowongannya. Tapi saat itu tidak paham,” ujarnya.

Usai mendapat wangsit itulah dirinya baru mengerti apa yang dimaksud tetanggganya.

Pada tahun 2000, dirinya mulai menggali pekarangan warisan orang tuanya itu. Tepat di sisi selatan rumahnya. Sayangnya ia lupa tanggal awal memulai penggalian. Yang diingat, bertepatan dengan bulan Sura hari ke dua belas, hari Kamis Legi.

Mustain menggalinya dengan cara manual. Berbekal linggis, palu, dan cangkul. Menurut dia, tanah yang digali berbeda dengan tanah di sekitar rumahnya. Tanah ini tergolong tanah yang keras. Berutungnya tidak ada bebatuan.

“Disekitarnya ada sawah, kalau disini tidak bisa dibuat sawah karena air tidak bisa mengalir. Tanah di lokasi jenis tanah keras tapi tidak berbatu. Namun tanah diluar lokasi (gua) jika digali terdapat bebatuan besar,” ungkapnya.

Ia mengerjakan seorang diri selama satu tahun. Meskipun sulit, tapi saat menggali ada semangat dan dorongan tersendiri.

“Saya menggali jam 7 pagi sampai jam 1 siang setiap hari. Terus dilanjut ke sawah,” ujar pria yang berprofesi sebagai petani dan peternak kambing itu.

Awalnya, ia membuat lubang pintu bungker menggunakan tanah berundak dengan posisi menurun menyerupai anak tangga. Mulut pintu bungker tidak menggunakan penahan apapun, seperti kayu dan besi. Lubang tanah sekadar menfaatkan tanah bercadas hingga memasuki lorong sepanjang 10 meter.

Setelah menggali 10 meter, dia mendapat petunjuk lagi. Isi petunjukanya mencari titik tempat petilasan kakek buyutnya. Dia sempat kebingungan mencari lokasinya, kemudian berkonsultasi kepada seorang kiai di Pondok Pesantren Peta, Tulungagung.

“Sama kiai diberi tahu ancer-ancernya,” katanya.

Setelah itu, dia menemukannya dan membangun lokasi petilasan dengan menyerupai makam meski di dalamnya tidak ada jenazah seseorang.

“Yang membuat seperti makam saya, cuman diberi petunjuk lokasinya saja. Makam itu sebagai penanda atas petunjuk dari seorang kiai asal Tulungagung Pengasuh Pondok Peta,” jelasnya.

Satu tahun kemudian, baru ada sejumlah orang yang ikut membantu melakukan penggalian selama dua tahun.

“Satu tahun saya sendiri, terus tahun selanjutnya dibantu sembilan orang,” tandas Mustain.

Penggalian gua dilakukan selama tiga tahun, tepat pada tahun 2002. Mustain berhasil menggali hingga kedalamam 15 meter dengan luas 15 x 20 meter. Saat ini, Mustain masih mununggu petunjukkan lagi untuk melanjutkan.

FaktualNews.co berkesempatan memasuki gua buatan tersebut bersama Mustain. Di dalam sangat gelap sehingga harus menggukan lampu senter. Terdapat kelalawar berterbangan. Nampak Penyangga dari tanah diberi tulisan Allah dengan huruf arab dan menggunakan cat putih.

Di dalamnya tidak terlalu pengap, karena tepat di area tengah, terdapat lorong seperti sumur yang tembus ke atas. Lorong itu pergunakan untuk sirkulasi udara.

Ternyata, wangsit yang diterima tidak hanya membuat gua. Pada tahun 2003, ia kembali menerima wangsit dari sosok yang sama. Ia diperintahkan untuk membuat sebuah musala tepat diatas gua yang ia gali.

“Musala bangun 2003 awal dengan biaya sendiri. Ada juga yang membantu,” tandasnya.

Anehnya, lanjut Mustain, tempat imam di dalam musala berada tepat diatas makam petilasan gua. Itu pun tanpa ia sengaja.

“(Makam) Pas dibawah musala kedalaman tiga meter. Lokasi makam tepat dibawah imaman itu tidak sengaja,” tandasnya.

Selain salat berjamaah, kini musal tersebut dimanfaatkan untuk kegiatan istighosah dan tariqat Naqsyabandiyah.

“Jamaah ada yang orang sini, ada yang orang luar kalau tariqotnya, rutinan,” katanya.

Mustain menambahkan, tak jarang ada orang yang mengujungi gua dengan berbagai macam tujuan. Tidak hanya dari Mojokerto, pengujung datang dari berbagai daerah, seperti Surabaya, Jombang, dan Cirebon. Bahkan Mustain bingung darimana orang tahu ada gua di tempatnya.

“Ada yang sekedar melihat. Ada yang semedi. Macem-macem. Kadang satu orang, kadang ya ada yang rombongan,” pungkasnya.

 

Baca berita menarik lainnya hasil liputan
Editor
Nurul Yaqin