Nelayan Sendangbiru Malang Beralih ke Kapal Tradisional, Harga BBM Naik
MALANG, FaktualNews.co – Beberapa nelayan di Dusun Sendangbiru, Desa Tambakrejo, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang, beralih menggunakan perahu tradisional untuk melaut.
Hal itu terjadi setelah kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi jenis Pertalite.
Setelah kebijakan itu, sejumlah nelayan kecil mengalami kerugian karena biaya operasional membengkak.
Kepala Desa Tambakrejo, Yonatan Saptoes mengatakan sejumlah nelayan yang mengganti kapalnya menjadi kapal tradisional itu mayoritas nelayan yang memiliki kapal kecil.
“Mayoritas nelayan yang memiliki kapal kecil itu. Karena bahan bakarnya kan menggunakan Pertalite atau Pertamax,” ungkapnya melalui sambungan telepon, Rabu (28/9/2022).
Yonatan menjelaskan, para nelayan yang memakai perahu kecil merasa biaya operasional bertambah karena kenaikan harga BBM. Sementara ruang untuk menyimpan ikan yang mereka miliki tak kecil.
Sehingga, hasil tangkapan para nelayan tak sepadan dengan biaya operasional yang dikeluarkan.
“Apalagi selain harga BBM jenis Pertalite naik. Pertamina juga membatasi jumlah pembelian Pertalite dan tidak boleh menggunakan jeriken,” tuturnya.
Yonnatan menyebut, nelayan kecil dalam sekali berlayar bisa menghabiskan 50 liter BBM per hari, dengan jarak tempuh hingga sekian mil ke laut lepas untuk mendapatkan tangkapan ikan.
“Oleh karena itu, saya berharap pemerintah bisa memberikan dispensasi kepada para nelayan ini. Paling tidak terkait kebijakan pembatasan pembelian BBM bersubsidi,” harapnya.
Selain itu, untuk membeli BBM jenis Pertalite dan Pertamax itu, nelayan harus menempuh sekitar 28 kilometer ke SPBU di kawasan Dusun Krajan, Desa Sumbermanjing Wetan, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang.
“Di SPBU sekarang juga tidak diperbolehkan membeli menggunakan jeriken. Berbeda dengan solar, biasanya diantar ke koperasi nelayan di sini,” jelasnya.
Imbasnya, jumlah tangkapan ikan di pantai Sendang Biru menurun hingga 50 persen, dipicu jumlah kepal nelayan berkurang.
“Sebelumnya, kalau jumlah kapal nelayan di sini mencapai ratusan dengan jumlah nelayan sebanyak ribuan, beserta para pendatang,” pungkasnya.