Dulu Indonesia Raja Gula, Kini Jadi Importir
Presiden Jokowi: Ada yang Salah yang Harus Kita Luruskan
MOJOKERTO, FaktualNews.co–Presiden RI Joko Widodo atau Jokowi mengungkapkan, jika Negara Indonesia dulu merupakan raja gula. Menurut orang nomor satu di Indonesia itu, pada tahun 1800-an Indonesia eksportir gula ke berbagai negara.
Namun, saat ini Indonesia malah menjadi importir gula. Total impor gula Indonesia mencapai 4,6 juta ton per tahun. Rinciannya, 1.088.000 ribu ton untuk komsumsi dan 3.569.000 untuk industri.
“Kita untuk masih mengimpor pertahun 1 juta 88 ribu ton. Jumlah yang sangat besar, itu baru yang untuk komsumsi. Yang untuk industri 3 jt 569 ton pertahun. Padahal kita tahu, di tahun 1800-an indonesia adalah raja gula. Ekspor kita kemana-mana, semua negara. Pertanyaannya, dulu mengekspor kok sekarang impor. Ini ada sesuatu yang salah yang harus kita luruskan,” kata Jokowi saat memberikan sambutan kunjungan kerja (kunker) di di PT Energi Agro Nusantara (Enero) di Gempolkrep, Kacamatan Gedeg, Kabupaten Mojokerto, Jum’at (4/11/2022).
Melihat hal itu, ia memerintah Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk menyiapkan bibit tebu dengan varietas paling baik. Dalam upaya ini, Indonesia bekerja sama dehan Brazil. Dimana Brazil dinilai memiliki menejemen yang bagus di bidang perkebunan tebu dan produksi gula.
BUMN memiliki program revitalisasi industri gula nasional. Program ini menggarap perkebunan tebu dengan menggunakan mesin pertanian modern. Mulai dari pembibitan, pemupukan yang tepat jumlah dan waktu, pemetaan kondisi lahan pertanian, sistem pengairan, pengendalian hama, serta pengelolaan saat panen dan pasca panen.
Salah satunya dipraktekkan di perkebunan tebu Dusun Temugiring, Desa Batankrajan, Gedeg, Kabupaten Mojokerto “Kita harapkan, dengan cara penanaman yang baik dan modern ini, minimal 5 tahun kedepan kita bisa mandiri, ketahanan pangan utamanya, gula bisa kita masifkan sendiri tanpa impor. Tapi butuh waktu, mungkin untuk waktu 5 tahun kedepan. Target kita seperti itu,” terang Jokowi.
Pihaknya terus mendorong program ini berjalan seperti yang telah direncanakan. Karena dirinya mengetahui semua negara saat ini sedang pusing memikirkan persoalan pangan dan energi. Jokowi melihat, Indonesia masih mempunyai kesemlagan untuk menyelesaika dua persoalan tersebut.
“Karena kita tahu semua negara pusing, pertama urusan pangan dan kedua urusan energi. Pusing semuanya. Dan kita memiliki kesempatan untuk menyelesaikan masalah,” ungkapnya.
Usai dari pabrik Enero, Jokowi juga meninjau langsung area lahan tebu Temu Giring PTPN X di Desa Batankrajan, Gedeg, Mojokerto. Dalam peninjauan itu, Jokowi ditemani oleh Menteri ESDM Arifin Tasrif, Wakil Gubernur Jatim Emil Dardak, Dirut Holding Perkebunan Nusantara PTPN III Mohammad Abdul Ghani, Bupati Mojokerto Ikfina Fahmawati, Wakil Bupati Mojokerto Muhamad Al Barra.
Dalam kesempatan itu, Jokowi juga berdialog dengan para petani tebu mengenai penanaman tebu dengan varietas baru. Dihadapan sejumlah wartawan, Jokowi akan mempersiapkan lahan seluas kurang lebih 700 ribu hektare untuk ditanami tebu. Menurutnya, dengan menyiapkan 700 ribu hektar lahan dapat mengejar target swasembada gula nasional. Sementara, saat ini baru ada 180 hektare lahan perkebunan tebu.
“Kalau kita bisa menyiapkan 700 ribu hektar, kita akan mandiri, kita akan swasembada gula. Akan saya siapkan, dan kita baru dapat 180 ribu hektar, kita butuhnya 700 ribu hektar,” terangnya.
Untuk saat ini, lahan perkebunan dan cara menanam tebu paling bagus ada di Pulau Jawa. Namun, tidak menutup kemungkinan apa yang sudah dilakukan di Jawa bakal dikembangkan di luar Jawa.
“Tebu yang baik memang di Jawa Timur bagus, Jawa Tengah bagus, Jawa Barat bagus, nanti kita akan lari ke luar jawa. Karena 700 ribu hektare bukan lahan yang kecil, ini dengan sekuat tenaga akan kita siapkan,” tandas Jokowi.
Jika ketahanan pangan di sektor gula sudah tercapai, lanjut dia, budidaya tebu dalam kapasitas yang sangat besar ini dapat mendukung ketahanan energi nasional.
“Kalau (kemandirian) gulanya tercapai nanti, sebagian bisa dilarikan entah lewat proses molase atau langsung itu akan masuk ke etanol, yang kita mulai nanti dengan E5 dulu. E5 jalan, E10, E20, kayak kita main dulu B20, B30 untuk sawit. Ya ini sama. Yang saya senang kita sudah ketemu jurusnya, yang paling penting itu, ketemu jurusnya sehingga tinggal implementasi yang harus terus diawasi,” pungkasnya.