Kesadaran Bahaya Sampah Plastik Masyarakat Mojokerto Masih Rendah
MOJOKERTO, FaktualNews.co – Kesadaran masyarakat di Kabupaten Mojokerto akan bahaya sampah plastik masih rendah. Pertahun jumlah sampah plastik terus megalami peningkatan dari tahun ke tahun.
“Upaya pengurangan sudah lama kami lakukan. Presentase pengurangan sampah plastik 30% ada di bank sampah. Baik itu bank sampah induk maupun bank sampah unit,” kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Mojokerto, Zainul Arifin, Jumat (14/12/2018).
Namun, ia tidak menampik bahwa ada beberapa masyarakat yang belum sadar akan bahaya sampah plastik. Karena sampah plastik tidak mudah terurai, berbeda dengan sampah organik.
DLH Kabupaten Mojokerto pun, terus menggelar pelatihan pengolahan sampah rumah tangga, pembinaan bank sampah, mengedarkan surat imbauan. “Kami juga sudah membuat kebijakan strategi daerah tentang pengelolaan sampah, hal ini bentuk usaha dari DLH untuk menekan kesadaran masyarakat, akan bahaya sampah plastik,” jelas Zainul.
Zainul menyebutkan, Kabupaten Mojokerto sendiri memiliki 170 bank sampah Unit yang tersebar di 18 kecamatan dan 1 bank sampah induk. Anggota bank sampah akan mendaur ulang, membuat berbagai kerajinan berbahan dasar sampah plastik ataupun menjualnya kembali kepada pengepul.
Selain itu, Zainul juga menyebutkan, jika memiliki kendala untuk melakukan pemasaran produk olahan limba atau sulit menemukan pasar untuk menyalurkan barang-barang kerajinan berbahan dasar plastik yang dibuat oleh anggota bank sampah.
“Minimal Karena mereka sudah banyak membantu dalam rangka untuk menjaga lingkungan, paling tidak kami harus berupaya membantu marketingnya. Kedepan kami akan membuat sentra kerajinan dari sampah plastik. Selain itu juga mengikutsertakan produk dari sampah plastik tersebut di setiap pameran. Inovasi dan ide mereka,” imbuhnya.
Sementara itu, Anis Andayani, salah satu pengurus Bank Sampah Dusun Jiyu, Desa Jiyu, Kutorejo, Kabupaten Mojokerto mengatakan, anggotanya sempat membuat kerajinan yang terbuat dari sampah plastik, namun tak berjalan lama. Hal itu dikarenakan anggota bank sampah Dusun Jiyu tak tahu pasar yang akan dituju untuk menjual produk daur ulang tersebut.
“Yang beli cuman warga sekitar sini saja. Mungkin hal itu yang membuat para anggota berhenti. Selain itu pembuatan produk kerajinan dari daur ulang sampah plastik tebilang sulit. Kami menyarankan agar pemerintah Kabupaten Mojokerto menggelar pelatihan secara intens,” tuturnya.