MOJOKERTO, FaktualNews.co – Arkeolog Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jatim di Trowulan memperkirakan situs perkampungan peninggalan Majapahit di Desa Belahantengah, Mojosari, Mojokerto, diperkirakan dibangun pada abad 15 Masehi.
Hal ini terungkap, setelah hasil ekskavasi selama 11 hari, mulai tanggal 13-23 Desember 2018. Wicaksono Dwi Nugroho, Arkeolog BPCB Jatim mengatakan, selama ekskavasi pihaknya telah membuka 19 kotak gali. Terdiri dari 12 kotak gali utama dan 7 kotak gali yang dibuat menyebar di sekitar Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Belahantengah.
Ia menjelaskan, pada kotak gali utama yang berjarak sekitar 10 meter di sebelah barat punden, ditemukan struktur yang merupakan bekas 2 bangunan rumah. Salah satu struktur dengan luas 6×8 meter persegi berhasil disingkap. Hanya saja bagian utara sisa rumah ini terpotong tembok TPA Belahantengah.
Selain itu, struktur 6×8 meter persegi yang ditemukan hanya berupa pondasi dan lantai rumah. Bagian pondasi berupa tumpukan bata merah dengan dimensi 28x18x6 cm.
Wicaksono memperkirakan rumah kuno ini dulunya menghadap ke utara. Pasalnya, pada bagian selatan ditemukan 2 lumpang. “Lumpang adalah alat untuk menghaluskan bumbu dapur, biasa terdapat di dapur,” terangnya.
Di titik ekskavasi yang sama juga ditemukan banyak pecahan perabotan rumah tangga berbahan tanah liat dan keramik. Pecahan-pecahan porselen tersebut rupanya berasal dari Dinasti Ming, China yang dibuat pada abad 14 masehi.
“Perabotan dari porselen itu sampai di Indonesia sekitar abad ke 15. Permukiman itu perkiraan kami berlangsung dibuat abad 15, pada zaman Majapahit akhir,” ungkapnya.
Bahkan, temuan fragmen porselen tak hanya menjadi petunjuk masa berdirinya perkampungan tersebut, tapi juga mengungkap sosok yang dulu menghuninya. Wicaksono memperkirakan permukiman purba ini dihuni kalangan kesatria, yaitu kaum bangsawan atau prajurit Kerajaan Majapahit. Sebab, perabot rumah tangga impor kala itu digunakan oleh kalangan ekonomi atas lantaran harganya yang mahal.
“Kami menduga bangunan itu untuk masyarakat kelas atas. Biasanya kaum kesatria. Keluarga raja. Perkampungan biasa tumbuh karena ada satu penguasa, kemudian dihuni para pengikutnya di sekitar situ. Jadi, tak semua penghuninya kaum kesatria, juga ada hunian pengikutnya,” pungkas Wicaksono.