Ekonomi

Bikin Peluang Kerja Sendiri, Pengrajin Jaranan Asal Blitar Tak Lagi Jadi Kuli Proyek

BLITAR, FaktualNews.co – Berawal dari keaktifannya di paguyuban kesenian kuda lumping, Manianto (68) warga Desa Kesamben, Kecamatan Kesamben Kabupaten Blitar, menemukan peluang kerja untuk dirinya.

Kakek yang sebelumnya bekerja sebagai kuli bangunan itu beralih menjadi pengrajin perlengkapan pertunjukan kuda lumping. Dia menekuni pembuatan alat tiup srompet, jaranan dan barong.

Srompet merupakan alat tiup yang biasa dipakai mengiringi musik pertunjukan jaranan. Bentuknya mirip dengan alat tiup dalam kesenian Reog Ponorogo.

Jaranan adalah perangkat utama dalam pertunjukan kuda lumping, sama halnya barong. Jaranan terbuat dari anyaman bambu yang dibentuk menyerupai kuda, tanpa kaki. Bagian tengkuk dan pantatnya dipasang rumbai-rumbai layaknya kuda yang mempunyai rambut dan ekor.

Sementara barong adalah topeng kayu dengan cat warna mencolok.

Sejak itu dia tidak perlu lagi bekerja sebagai kuli proyek. Mengandalkan tenaga tidak lagi memungkinkan bagi usianya yang semakin renta. Fisiknya perlu pekerjaan yang tak memeras tenaga, dan membuat alat kerajinan berupa perangkat kuda lumping adalah salah satu jalan keluarnya.

Kemahiran Manianto menganyam serta membentuk jaranan dan barong tidak datang tiba-tiba. Kesalahan-kesalahan teknis yang terus dia perbaiki membuat tangannya semakin piawai.

“Tidak sengaja. Dulu, waktu paguyuban Turonggo Joyo yang saya ikuti itu alatnya rusak, maka harus beli di Ponorogo. Tidak bisa cepat datangnya. Maka kemudian saya punya ide membuat sendiri,” kata Manianto, Jumat (29/11/2019).

Manianto mengaku awalnya sering gagal. Anyaman sering tidak berhasil menyerupai kuda. Kadang bentuk kepalanya terlalu besar, kadang lehernya yang kekecilan, kadang juga bentuk perutnya terlalu memanjang.

“Awalnya saya sering gagal dan bingung waktu mengayam. Tapi saya terus mencoba, akhirnya saya berhasil. Saya coba jual di pasar, lama-kelamaan banyak yang pesan. Akhirnya saya teruskan sampai sekarang,” Kata Manianto

Dari ketekunannya itu, Manianto setiap bulan mampu mengantongi keuntungan Rp. 2,5 juta sampa Rp. 3 juta.

“Banyak yang pesan, ini saya bikinkan pesanan dari Banjarmasin dan Palembang. Kalau wilayah Jawa Timur banyak yang pesan dari Ponorogo,” pungkasnya.