Ini Ciri Caleg Depresi Akibat Gagal Pemilu
FaktualNews.co – Kekhawatiran para caleg yang gagal duduk di kursi parlemen dalam pemilu 2019 ini mulai menghantui. Beberapa rumah sakit jiwa juga menyatakan siap menampung para caleg yang mengalami depresi atau stres akibat gagal.
Sikap ini sebagai antisipasi agar kondisi kejiwaan seseorang tetap bisa terkontrol dan tidak semakin parah. Fenomena caleg stres seperti ini diakui akan selalu ada di Pemilu.
Risiko menang dan kalah yang sangat tipis sudah seharusnya disadari sejak awal dan mereka para caleg sudah seharusnya siap menerima kekalahan. Tapi, namanya juga manusia, boleh kan berharap terlalu tinggi?
Dokter Ari Fahrial Syam, SpPD, menyebut sikap berharap ini yang kemudian membuat seseorang akan terguncang jiwanya ketika mimpi itu tidak berhasil didapat. Optimis boleh, tetapi ambisius sepertinya tidak boleh diterapkan di sini, mengingat batas menang dan kalah hanya tipis dan hanya ditentukan saat nyoblos.
“Alasan kondisi ini muncul tentu karena kekecewaan yang begitu besar. Itu kenapa RSUD dan RS Jiwa juga sudah mengantisipasi lonjakan pasien gangguan jiwa pasca Pemilu ini,” katanya.
Memang, para caleg harus mengorbankan banyak hal. Misalnya saja caleg yang harus keluar dari perkerjaannya karena merasa kans besar untuk menjadi anggota legislatif dan mencoba peruntungan untuk bisa menjadi anggota legislatif.
Selain para caleg, keluarga caleg, politisi, para penyandang dana para caleg, juga akan menunggu harap-harap cemas apakah mereka, keluarga mereka, caleg yang mereka usung dapat berhasil. Dana yang cukup besar terus dikeluarkan selama masa kampanye merupakan salah satu faktor stress tersendiri.
“Belum lagi jika uang tersebut didapat melalui pinjaman uang, baik melalui kantor penggadaian atau bank atau bahkan melalui rentenir. Rumah, tanah atau aset lain mungkin sudah jadi jaminan dari proses hutang piutang ini,” ungkap dokter Ari.
“Aset ini akan tersita jika mereka tidak bisa mengembalikan dana pinjaman tersebut. Kondisi ini jelas berpotensial untuk menimbulkan kekecewaan dan stress yang cukup berat apalagi juga rumah tangga berantakan akibat kondisi ini,” tambahnya.
Rasa kecewa dan stress merupakan faktor utama yang bisa menyebabkan terjadinya gangguan kejiwaan yang pada akhirnya dapat mengganggu fisik seseorang. Gangguan jiwa yang terjadi bisa ringan sampai berat.
Gejalanya, mulai dari sakit kepala, susah tidur atau nafsu makan menurun. Lalu, gangguan jiwa juga bisa berupa depresi sampai yang berat seperti psikosis akut. Berbagai gangguan sistim organ juga bisa terjadi akibat adanya faktor stress tersebut.
Gangguan fisik yang disebabkan oleh faktor psikis ini selanjutnya sering disebut sebagai gangguan psikosomatik. Gangguan kesehatan ini sering dialami karena seseorang stress.
Gangguan psikosomatik terjadi akibat adanya gangguan keseimbangan saraf otonom, sistim-hormonal tubuh, gangguan organ-organ tubuh serta sistim pertahanan tubuh. Berbagai kelainan organ yang terjadi dapat dihubungkan dengan faktor-faktor yang menyebabkan kelainan organ tersebut.
Berbagai keluhan yang dapat timbul saat seseorang mengalami stress antara lain sakit kepala, pusing melayang, tangan gemetar, sakit leher, nyeri punggung dan otot terasa kaku, banyak keringat terutama pada ujung-ujung jari tangan dan kaki, selain itu ujung-ujung jari tangan dan kaki terasa dingin, gatal-gatal pada kulit tanpa sebab yang jelas.
Mereka juga bisa mengalami nyeri dada, nyeri ulu hati, mual, perut kembung dan begah serta diare. Gangguan yang terjadi akibat stress bisa multi organ.
“Gejala fisik yang muncul tersebut bisa karena memang sudah ada penyakit organik sebelumnya. Oleh karena itu memang harus dipastikan dulu bahwa tidak ada penyakit organik sampai mendapat kesimpulan kalau keluhan-keluhan yang timbul tersebut karena penyakit psikosomatik yang dicetuskan oleh stress tadi,” terang Dokter Ari.
Dokter Ari pun menyarankan untuk pasrah siap kalah dan siap menang. Selalu dekat dengan yang Maha Kuasa. Siap menanggung dampak kekalahan seperti rasa malu yang akan memperburuk rasa stress tadi. Usahakan untuk tetap tidur dan makan teratur.
“Keluarga harus selalu mendampingi dan tetap memberi semangat bagi caleg yang gagal karena memang kans untuk jadi caleg itu memang kecil,” tukas dia.