Pria Trenggalek Ini Piawai Sulap Limbah Kayu Jadi Karya Seni
TRENGGALEK, FaktualNews.co – Limbah kayu, ditangan Luluk Erva Kristiana warga Desa Gondang, Kecamatan Tugu, Kabupaten Trenggalek Jawa Timur, mampu diubah menjadi miniatur kayu yang mempuyai nilai seni berdaya jual.
Luluk sebelum menggeluti kerajinan miniatur dari limbah kayu, ia membuka spet motor. Namun meski sudah sukses menjadi perajin kayu dan hasil karya kreativitasnya banyak diminati konsumen, masih tetap menerima jasa spet motor.
“Saya mulai berinovasi membuat miniatur ini sejak tiga bulan lalu. Ketika itu, kami melihat tunggak kayu jati yang terlantar. Dari situ mulai berpikir untuk mengolah menjadi karya seni,” ucap Luluk, Selasa (19/11/2019).
Dijelaskan Luluk, awalnya tidak jauh dari rumahnya ada industri kayu dan limbahnya termasuk tunggak kayu jati juga diterlantarkan. Kemudian ia pungut, selanjutnya dibawa pulang dan mencari ide.
Dihalaman rumah seluas 6×7 meter, kemudian terbesit dalam benaknya, untuk mengolah limbah kayu menjadi kerajinan miniatur.
“Pertama kali saya membuat kapal Pinisi berukuran sekitar 30×20 centimeter. Bentuknya persis sama sebuah kapal dengan banyak layar yang membentang di atasnya. Sedangkan proses pembuatannya tidak lama, satu hari selesai,” terangnya.
Dari hasil karya miniatur pertama itu, lanjut Luluk, kemudian diunggah melalui jejaring sosial. Dan ternyata warga net merespon baik karya buatannya.
“Melalui jejaring sosial, pesanan demi pesanan konsumen terus berdatangan. Karena banyaknya pesanan saya mulai konsentrasi menjadi perajin. Akan tetapi juga masih melayani spet motor,” ujarnya.
Dikatakan Luluk, pada awalnya modal yang dipakai sekitar Rp 500 ribu. Dengan modal yang minim tersebut, ternyata berbuah manis.
Menurutnya, setiap unit miniatur produknya tidak banyak mengeluarkan biaya, hanya sekitar Rp 50 ribu dan mampu dijual seharga Rp 120 ribu untuk ukuran 30×20 cm. Sedangkan untuk ukuran yang besar, biasa mencapai Rp 750 ribu.
“Saya semakin tertarik menjadi perajin. Karena bahan dasarnya mudah didapat cukup dari limbah. Dengan uang Rp 200 ribu saja, sudah dapat tunggak jati hingga dua bak pickup,” jelasnya.
Sejauh ini, tambah Luluk, bahan yang dipilih setidaknya ada unsur kayu yang telah termakan rayap dan berongga abstrak. Karena menimbulkan kesan dan memiliki nilai estetika yang tinggi.
“Ciri khas karya miniatur kami dengan menggunakan seni alami. Seni itu yang diabadikan sebagai nama usahanya ‘Rumah Rayap’. Nama usaha ini terinspirasi, sebab bahan-bahan dari tunggak kayu yang termakan rayap,” pungkasnya.